KajianPustaka

Widget html #1, model pembelajaran creative problem solving (cps).

Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang pemusatannya tertuju pada keterampilan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasian gagasan-gagasan kreatif. Siswa tidak hanya diajarkan cara menghafal tanpa berpikir, namun dituntut untuk memilih dan mengembangkan suatu tanggapan untuk memperluas proses berpikir.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Creative problem solving merupakan teknik pembelajaran dalam penyelesaian suatu permasalahan berkaitan dengan pemecahan masalah yang melalui teknik sistematik dan mengorganisasikan gagasan kreatif. Melalui model pembelajaran creative problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Munculnya solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah akan menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir devergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.

Creative problem solving dibangun atas tiga macam komponen, yaitu; ketekunan, masalah dan tantangan. Komponen tersebut dapat diimplementasikan secara sistematik dengan berbagai komponen pembelajaran. Model pembelajaran creative problem solving berusaha mengembangkan pemikiran divergen, berusaha mencapai berbagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran creative problem solving dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Shoimin (2014), creative problem solving adalah model pembelajaran yang pemusatannya pada pengajaran dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir, keterampilan memecahkan masalah dapat memperluas proses berpikir. 
  • Menurut Baharudin (2010), creative problem solving adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
  • Menurut Cahyono (2009), creative problem solving adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan.

Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Menurut Imam (2010), model pembelajaran creative problem solving memiliki tiga karakteristik yang menjadi prosedur dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: 

  • Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan, dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan. 
  • Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah. 
  • Menemukan solusi, yaitu proses evaluasi sebagai puncak pemecahan masalah.

Menurut Menurut Suryosubroto (2009), karakteristik dari model pembelajaran creative problem solving adalah sebagai berikut: 

  • Melatih siswa untuk berpikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas sebuah masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan oleh orang lain.
  • Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.

Tujuan Metode Creative Problem Solving 

Menurut Shoimin (2014), melalui model pembelajaran creative problem solving siswa diharapkan mampu:

  • Menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam creative problem solving. 
  • Menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran.
  • Mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. 
  • Memilih suatu pilihan solusi yang optimal. 
  • Mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. 
  • Mengartikulasikan bagaimana creative problem solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Menurut Huda (2013), sintak atau tahapan proses dalam model pembelajaran Creative Problem Solving menurut model Osborn-Parnes dikenal dengan istilah OFPISA, yaitu Objective, Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Objective Finding 

Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstroming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka. Sepanjang proses ini siswa diharapkan bisa membuat suatu konsensus tentang sasaran yang hendak dicapai kelompoknya.

b. Fact Finding 

Siswa membrainstroming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan.

c. Problem Finding 

Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah membrainstroming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.

d. Idea Finding 

Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar siswa bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.

e. Solution Finding 

Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan membrainstroming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas situasi permasalahan.

f. Acceptance Finding 

Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencapai kesuksesan.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Setiap model pembelajaran pada umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan model pembelajaran creative problem solving. Menurut Istarani dan Ridwan (2014), kelebihan dan kekurangan creative problem solving adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran creative problem solving yaitu:

  • Berpikir dan bertindak kreatif.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih baik relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. 
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. 
  • Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 
  • Mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Memilih fakta aktual sebagai dasar dan landasan untuk membahas pembelajaran.
  • Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing keterbukaan, dan sosialisasi.
  • Menumbuhkan rasa kebersamaan siswa melalui diskusi akhir dari pemecahan masalah.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran creative problem solving yaitu:

  • Memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. 
  • Beberapa pokok bahasan sangat sulit dalam menerapkan sebuah metode pembelajaran ini. Sehingga menyebabkan siswa sulit untuk melihat, mengamati, dan menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. 
  • Sulit mencari masalah yang benar-benar aktual dalam pembelajaran.
  • Adanya masalah yang tidak relevan dengan materi pembelajaran.
  • Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
  • Mengubah kebiasaan siswa belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa untuk menerima informasi dari guru.

creative problem solving dalam bahasa

Metode Pembelajaran Creative Problem Solving: Menemukan Solusi dengan Cara Santai

  • 1.1 Metode Creative Problem Solving
  • 1.2 Cara Menggunakan Creative Problem Solving
  • 1.3 Tips Menggunakan Creative Problem Solving
  • 1.4 Kelebihan Creative Problem Solving
  • 1.5 Kekurangan Creative Problem Solving
  • 1.6 Tujuan Creative Problem Solving
  • 1.7 Manfaat Creative Problem Solving
  • 2.1 Apa perbedaan antara Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional?
  • 2.2 Bagaimana mengatasi kendala dalam menggunakan Creative Problem Solving?
  • 3 Kesimpulan

Kita sering dihadapkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu dalam pekerjaan, hubungan pribadi, atau belajar di sekolah. Masalah ini bisa membuat kita stres dan pusing kepala. Namun, tenang saja! Ada sebuah metode pembelajaran yang bisa membantu kita menemukan solusi dengan cara yang santai dan kreatif. Metode ini dikenal dengan sebutan Creative Problem Solving.

Creative Problem Solving (CPS) merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah secara inovatif dan kreatif. Metode ini melibatkan langkah-langkah sistematik yang membuka pikiran kita untuk berpikir di luar kotak dan menemukan solusi yang tak terduga.

Langkah pertama dalam metode CPS adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas. Kita harus merumuskan masalah secara spesifik agar fokus saat mencari solusi tidak terpecah. Misalnya, jika masalah kita adalah sulitnya mengatur waktu untuk belajar, maka kita bisa merumuskan masalah sebagai “Bagaimana cara mengatur waktu belajar yang efektif?”

Setelah masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah analisis. Kita perlu menganalisis akar penyebab masalah tersebut. Apa yang membuat kita sulit mengatur waktu belajar? Adakah faktor eksternal seperti gangguan dari lingkungan sekitar, atau faktor internal seperti kurangnya motivasi? Dengan menganalisis penyebab masalah, kita bisa mencari solusi yang lebih efektif.

Setelah itu, kita masuk ke tahap generasi ide. Di sini, kita perlu melibatkan pikiran kreatif kita. Cobalah untuk berpikir di luar kotak dan temukan solusi yang tak terduga. Misalnya, jika kita sulit fokus karena gangguan lingkungan, mungkin solusinya adalah mencari tempat yang tenang untuk belajar, atau menggunakan headphone untuk mengurangi gangguan suara.

Setelah menghasilkan ide-ide, kita perlu melakukan evaluasi. Kita perlu mengevaluasi setiap ide yang muncul berdasarkan kelayakan dan kemungkinan berhasilnya. Buang ide yang terlalu tidak realistis atau tidak sesuai dengan masalah yang ingin kita selesaikan. Pilih ide yang paling menjanjikan atau bisa memberikan solusi yang paling efektif.

Terakhir, kita melangkah ke tahap implementasi. Ide yang terpilih perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Buatlah jadwal belajar yang efektif dan sesuai dengan waktu yang kita miliki. Berikan diri kita motivasi tambahan agar tetap konsisten dalam menjalankan jadwal tersebut.

Metode pembelajaran Creative Problem Solving bisa menjadi alat yang efektif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan kita. Dengan pendekatan yang santai dan kreatif, kita bisa menemukan solusi-solusi yang tak terduga. Jadi, tidak perlu stres lagi saat dihadapkan dengan masalah. Coba aplikasikan metode ini dan temukan solusi dengan cara yang menyenangkan!

Apa Itu Creative Problem Solving?

Creative Problem Solving (CPS) adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengatasi masalah dengan pendekatan kreatif dan inovatif. Metode ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi yang unik dan efektif dalam menghadapi tantangan atau masalah yang kompleks. Dalam CPS, pemikiran kreatif dan proses berpikir yang fleksibel sangat ditekankan.

Metode Creative Problem Solving

Metode Creative Problem Solving terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap tahapan dalam metode ini:

  • Identifikasi masalah : Tahap pertama dalam metode CPS adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas. Penting untuk memahami masalah secara mendalam dan merumuskannya dengan tepat.
  • Pengumpulan informasi : Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi yang relevan mengenai masalah tersebut. Informasi ini dapat berupa data, fakta, atau insight dari berbagai sumber.
  • Analisis masalah : Setelah informasi terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis masalah secara menyeluruh. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang akar permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
  • Pencarian alternatif solusi : Setelah masalah dianalisis, tahap berikutnya adalah mencari alternatif solusi yang mungkin. Dalam metode CPS, diharapkan untuk berpikir out-of-the-box dan menghasilkan ide-ide yang kreatif serta inovatif.
  • Pemilihan solusi terbaik : Setelah alternatif solusi tercipta, tahap selanjutnya adalah memilih solusi yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi. Pemilihan solusi ini harus didasarkan pada kriteria-kriteria yang relevan dan mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin muncul.
  • Implementasi solusi : Setelah solusi terpilih, langkah berikutnya adalah mengimplementasikan solusi tersebut. Dalam tahap ini, perencanaan dan aksi yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa solusi dapat dijalankan dengan baik.
  • Evaluasi solusi : Setelah solusi diimplementasikan, proses Cognitive Problem Solving tidak berhenti di sini. Evaluasi solusi yang telah dilakukan perlu dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan solusi dan memperbaiki jika diperlukan.

Cara Menggunakan Creative Problem Solving

Untuk menggunakan metode Creative Problem Solving, ada beberapa langkah yang dapat diikuti. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menggunakan CPS:

  • Kenali masalah dengan jelas dan rumuskan dengan tepat.
  • Kumpulkan informasi yang relevan mengenai masalah.
  • Analisis masalah dengan menyeluruh.
  • Berikan ruang untuk pemikiran kreatif dan menghasilkan alternatif solusi yang unik.
  • Pilih solusi yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi.
  • Implementasikan solusi dengan perencanaan yang matang.
  • Evaluasi keberhasilan solusi dan perbaiki jika diperlukan.

Tips Menggunakan Creative Problem Solving

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menggunakan metode Creative Problem Solving:

  • Berikan waktu dan ruang yang cukup untuk berpikir kreatif.
  • Bebaskan diri dari batasan dan buka pikiran untuk kemungkinan yang lebih luas.
  • Gunakan teknik brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide yang kreatif.
  • Berikan perhatian pada detail dan kualitas solusi yang dihasilkan.
  • Kolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan ide yang lebih kreatif.

Kelebihan Creative Problem Solving

Metode Creative Problem Solving memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi pilihan yang baik dalam mengatasi masalah. Berikut adalah beberapa kelebihan CPS:

  • Mendorong pemikiran kreatif dan inovatif dalam mencari solusi.
  • Membantu mengatasi masalah yang kompleks dengan cara yang efektif.
  • Memungkinkan untuk menemukan solusi yang unik dan tidak terduga.
  • Memperluas cara berpikir dan menciptakan alternatif solusi yang lebih baik.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Kekurangan Creative Problem Solving

Namun, metode Creative Problem Solving juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa kekurangan CPS:

  • Proses yang memakan waktu dan beberapa tahap yang kompleks.
  • Memerlukan keterampilan kreatif yang baik untuk menghasilkan ide-ide yang inovatif.
  • Tidak selalu menghasilkan solusi yang praktis atau dapat diimplementasikan dengan mudah.
  • Mungkin memerlukan sumber daya tambahan dalam proses implementasi solusi.

Tujuan Creative Problem Solving

Tujuan utama dari metode Creative Problem Solving adalah untuk menghasilkan solusi yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi masalah yang kompleks. Metode ini membantu mengatasi batasan berpikir konvensional dan membuka kemungkinan baru.

Manfaat Creative Problem Solving

Penerapan Creative Problem Solving memiliki manfaat yang signifikan dalam berbagai konteks. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari metode ini:

  • Menghasilkan solusi yang lebih kreatif dan inovatif.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah secara efektif.
  • Mengembangkan kemampuan berpikir lateral dan melakukan asosiasi yang lebih luas.
  • Meningkatkan kolaborasi tim dan kemampuan kerja dalam tim.
  • Mendorong pemikiran kritis dan analitis.

Apa perbedaan antara Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional?

Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional memiliki perbedaan utama dalam pendekatan dan hasil yang dihasilkan. Dalam Creative Problem Solving, proses berpikir kreatif dan inovatif sangat ditekankan, sementara dalam Problem Solving konvensional, pendekatan yang lebih terstruktur dan konvensional digunakan. Selain itu, Creative Problem Solving cenderung menghasilkan solusi yang lebih unik dan tidak terduga, sementara Problem Solving konvensional lebih fokus pada solusi yang praktis dan dapat diimplementasikan dengan mudah.

Bagaimana mengatasi kendala dalam menggunakan Creative Problem Solving?

Menggunakan Creative Problem Solving dapat melibatkan beberapa kendala. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi kendala-kendala ini. Pertama, berikan waktu dan ruang yang cukup untuk berpikir kreatif. Kedua, berkolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan ide yang lebih kreatif. Ketiga, gunakan teknik brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide. Terakhir, tetap terbuka terhadap kemungkinan alternatif solusi dan jangan takut untuk mencoba pendekatan yang berbeda.

Metode Creative Problem Solving adalah pendekatan yang efektif untuk mengatasi masalah dengan cara yang kreatif dan inovatif. Dengan mengikuti langkah-langkah dalam metode ini, kita dapat menghasilkan solusi yang unik dan efektif dalam menghadapi tantangan atau masalah yang kompleks. Meskipun metode ini memerlukan waktu dan pemikiran yang intensif, manfaat yang didapatkan jauh lebih besar daripada kekurangannya. Oleh karena itu, mari terapkan Creative Problem Solving dalam kehidupan sehari-hari kita dan jadikan solusi kreatif sebagai bagian dari proses pemecahan masalah kita.

Jika Anda ingin meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Anda, jangan ragu untuk mencoba metode Creative Problem Solving ini. Dengan latihan dan dedikasi yang tepat, Anda akan menjadi lebih terampil dalam memecahkan masalah yang kompleks dan menghasilkan solusi yang kreatif serta inovatif. Selamat mencoba!

Share this:

Related posts:.

creative problem solving dalam bahasa

Pandai Mengajar dengan Santai: Strategi Metode Pembelajaran yang Efektif

creative problem solving dalam bahasa

Metode Pembelajaran di Pesantren Modern: Membawa Pesona Tradisi ke Era Digital

Unik dan Menarik, Bahan Ajar Metode Penelitian Prof Suryana Siap Mengguncang Dunia Pendidikan!

Rina Keshwari Cahaya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Kebijakan Privasi
  • Terms and Conditions

PerpusTeknik.com

Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving: Cara Seru untuk Mengatasi Masalah

  • 1.1 Cara Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
  • 1.2 Tips Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
  • 1.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
  • 1.4 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving
  • 2.1 1. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya cocok untuk mata pelajaran tertentu?
  • 2.2 2. Apakah semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran kooperatif creative problem solving?
  • 2.3 3. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan di kelas dengan jumlah siswa yang sedikit?
  • 2.4 4. Apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan secara offline?
  • 2.5 5. Bagaimana cara mengukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif creative problem solving?
  • 3.1 Share this:
  • 3.2 Related posts:

Creative Problem Solving (CPS) atau pemecahan masalah secara kreatif adalah kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang inovatif dan kreatif. Sementara itu, Model Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan kerjasama antara siswa, di mana mereka saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Apa Itu Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving?

Cara mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif creative problem solving.

  • Bentuk kelompok siswa: Bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 hingga 5 orang. Pastikan setiap kelompok terdiri dari siswa dengan berbagai kemampuan dan bakat, agar mereka dapat saling melengkapi dalam menyelesaikan masalah.
  • Tentukan permasalahan: Berikan permasalahan yang menantang dan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Pastikan permasalahan tersebut relevan dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
  • Motivasi siswa: Berikan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan solusi yang inovatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Beri mereka ruang dan kebebasan untuk berpikir di luar batas-batas konvensional.
  • Facilitasi kelompok: Sebagai guru, Anda memiliki peran sebagai fasilitator dalam kelompok. Bantu siswa dalam merumuskan ide-ide, memecahkan masalah, dan memilih strategi yang tepat. Berikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan agar kelompok dapat bekerja secara efektif dan produktif.
  • Presentation dan evaluasi: Setelah kelompok selesai menyelesaikan permasalahan, minta mereka untuk mempresentasikan solusi yang mereka temukan. Berikan umpan balik yang konstruktif dan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam menerapkan metode kooperatif creative problem solving.

Tips Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving

  • Kenali kebutuhan dan karakteristik siswa: Setiap siswa memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda. Kenali mereka dengan baik sehingga Anda dapat membantu mereka dalam mengembangkan potensi kreatif dan berpikir kritis.
  • Evaluasi metode pembelajaran secara berkala: Selalu lakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran yang Anda gunakan. Jika diperlukan, modifikasi dan sesuaikan metode tersebut agar lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kreatif dan berpikir kritis siswa.
  • Fasilitasi komunikasi dan kolaborasi: Dalam model kooperatif, komunikasi dan kolaborasi antar siswa sangat penting. Berikan ruang yang aman dan nyaman bagi mereka untuk berbagi ide, berdiskusi, dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
  • Libatkan teknologi: Manfaatkan teknologi seperti komputer, internet, dan perangkat lainnya dalam mendukung proses pembelajaran. Gunakan aplikasi atau perangkat lunak yang dapat membantu siswa dalam menciptakan solusi kreatif dan inovatif.
  • Beri apresiasi kepada siswa: Selalu berikan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha dan prestasi siswa dalam mengembangkan kemampuan kreatif dan berpikir kritis. Hal ini akan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving

  • Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: Model ini mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dalam menyelesaikan masalah. Mereka harus menggali informasi, menganalisis, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang rasional.
  • Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif: Dalam model ini, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi yang inovatif. Mereka diajarkan untuk berpikir di luar batas-batas konvensional dan menghasilkan ide-ide yang baru dan segar.
  • Mendorong kolaborasi: Dalam model kooperatif, siswa belajar untuk bekerja sama dalam kelompok. Mereka belajar menghargai pendapat dan ide-ide dari anggota kelompok lainnya, serta belajar bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.
  • Merangsang motivasi belajar: Model ini memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri. Mereka merasa memiliki peran penting dalam proses pembelajaran dan memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya.
  • Meningkatkan kepercayaan diri: Dalam model ini, siswa diajarkan untuk mengembangkan ide-ide dan solusi yang mereka temukan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka serta mengurangi rasa takut untuk berpikir di luar kotak.

Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving

  • Memerlukan waktu yang lebih lama: Proses pemecahan masalah kreatif membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pendekatan pembelajaran konvensional. Siswa perlu melibatkan diri secara aktif dalam mengembangkan ide-ide dan mencari solusi yang inovatif.
  • Menghadapi peran dominan dalam kelompok: Dalam kelompok, ada kemungkinan siswa dengan kemampuan dominan akan mengambil alih peran dan mengabaikan pendapat anggota kelompok lainnya. Hal ini dapat mengurangi kontribusi dan keaktifan siswa lainnya dalam kelompok.
  • Membutuhkan pemahaman yang baik dalam materi pembelajaran: Untuk dapat memecahkan masalah dengan kreatif, siswa perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap materi pembelajaran. Jika pemahaman mereka terbatas, mereka mungkin kesulitan dalam mengembangkan ide-ide dan solusi yang relevan.
  • Memerlukan fasilitator yang kompeten: Model kooperatif membutuhkan fasilitator yang kompeten dalam mengelola kelompok dan memfasilitasi proses pembelajaran. Guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif bagi siswa.
  • Memerlukan dukungan dan kerjasama dari sekolah: Implementasi model ini membutuhkan dukungan dan kerjasama dari pihak sekolah, termasuk dukungan dalam hal sumber daya, penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, dan pelatihan yang berkaitan dengan model ini.

FAQ tentang Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving

1. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya cocok untuk mata pelajaran tertentu, 2. apakah semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam model pembelajaran kooperatif creative problem solving, 3. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan di kelas dengan jumlah siswa yang sedikit, 4. apakah model pembelajaran kooperatif creative problem solving hanya dapat dilakukan secara offline, 5. bagaimana cara mengukur keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif creative problem solving, share this:, related posts:.

creative problem solving dalam bahasa

Metode Pembelajaran CTL: Belajar Sambil Santai Menyenangkan!

creative problem solving dalam bahasa

Metode Pembelajaran Tipe STAD: Seru-Seruan Belajar Bareng!

creative problem solving dalam bahasa

Metode Konstruktivisme adalah Pendekatan Belajar yang Melibatkan Siswa dalam Proses Konstruksi Pengetahuan

Anwarul

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Privacy Policy
  • Syarat dan Ketentuan

Selamat Datang

Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Kemampuan High Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kompetensi Teks Deskripsi Kelas VII

  • Rilla Wahana Universitas Bengkulu

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan kebudayaan kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang baik memerlukan model pembelajaran yang baik. Model pembelajaran tersebut  antaranya Creative Problem Solving (CPS), discuss (diskusi), cooperative script, mind mapping, kooperatif tipe Learting Together (LT), Problem Basic Learning (PBL), dan lain-lain. Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Higher Order Thinking Skills (HOTS) sebagai keterampilan berpikir siswa dalam memperoleh informasi baru yang disimpan dalam memorinya, selanjutnya menghubungkan dan menyampaikannya untuk tujuan yang diharapkan.Teks deskripsi adalah teks yang berusaha mengambarkan objek, barang atau benda lainnya termasuk orang secara jelas dan rinci, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat atau merasakan apa yang telah dideskripsikan. Relevansi semua itu akan sangat terlihat jelas karena model pembelajaran sebagai landasan awal dalam menerapkan metode pengajaran, berpikir tingkat tinggi sebagai alat dalam proses dan teks deskripsi sebagai media dalam melihat CPS dan HOTS yang saling melengkapi untuk hasil belajar yang maksimal.

K atakunci : Model Creative Problem Solving (CPS), High Order Thinking Skill (HOTS), Pembelajaran Bahasa Indonesia, Teks Deskripsi

Author Biography

Rilla wahana, universitas bengkulu.

Al-Tabany, T. I. (2014). Mendesain Model Pembelajajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Surabaya: PT Kharisma Putra Utama.

Barrat, Carroline, (2014). Higher Order Thinking and Assessment. International Seminar on Current Issues in Primary Education: Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah Makasar.

Elisah, E. (2015). Peningkatan Kemampuan Bernegosiasi Lisan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Genre Pedagogi Siswa Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Diksa : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 81–94. doi:10.33369/diksa.v1i2.3182

Fanani, A. & Kusmaharti. (2014). Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal Penndidikan Dasar, 1.9 (2014), 11, https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091.01

Hayati, M. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Koorperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendididikan Agama Islam Pada Siswa Kelas Iv Sdn 014 Simpang Tetap Darul Ihsan Dumai Tahun Ajaran 2016/2017. El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, 1(1), 36. doi:10.24014/ejpe.v1i1.5025

Huda, F. A. (2017). Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving. fatkan.web.id, 1.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karimah, A. H. (2018). Integrasi Higher Order Thinking Skill. Jurnal Program Studi PGMI Universitas Nurul Jadid, 82.

Karto, Suhartono, Susetyo, Noermanzah, Maisarah, I. (2019). The Differences Ability in Writing Descriptive Texts by Using Chain Writing and Conventional Methods. International Journal of Scientific & Technology Research, 8(10), 2718.

Majid. (2016). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Muslich, M. (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Akasara.

Noermanzah & Friantary, H. (2019). Development of Competency-Based Poetry Learning Materials for Class X High Schools. International Journal of Recent Technology and Engineering, 8(4), 6631.

Nofrion, N. (2018). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Exo Olo Task (Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) dalam Pembelajaran). doi:10.31227/osf.io/wh2mp

Nurulwati. (2000). Model-Model Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Pepkin, K. L. (2000). Creative Problem Solving in Math. Tersedia : http://hti.math.uh.edu/curriculum/units/2000/02/00.02.04.pdf . Diakses: 6 Mei 2019.

Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sulaeman, A., & Ariyana, A. (2018). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples terhadap Hasil Belajar Menulis Teks Berita pada Siswa Kelas VIII SMPN 14 Kota Tangerang. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing, 1(2), 17–27. doi:10.31540/silamparibisa.v1i2.201

Syafryadin, Istiqomah Nur Rahmawati, and Rizki Widiastuti. (2013). Improving grade X Students’ Speaking Achievement under Round Robin Technique. International Journal on Education, 1(1).

Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Bumi Aksara.

Wiyanto. (2004). Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

creative problem solving dalam bahasa

  • PDF Bahasa Indonesia

Developed By

  • Bahasa Indonesia

Information

  • For Readers
  • For Authors
  • For Librarians

More information about the publishing system, Platform and Workflow by OJS/PKP.

Zenius Fellow

creative problem solving dalam bahasa

  • Zenius untuk Guru

Pembelajaran Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) – Zenius untuk Guru

  • Posted by by Zenius untuk Guru
  • Mei 15, 2022

Bapak dan Ibu Guru, pasti pernah dong bermain teka-teki? Atau, justru sering memecahkannya untuk mengisi waktu luang?

Nggak hanya untuk hiburan Bapak dan Ibu Guru, teka-teki juga bisa digunakan di kelas, lho. Contohnya, sebelum memulai pelajaran IPA, kita bisa memberikan pertanyaan atau teka-teki yang merangsang pemikiran siswa. 

Nah, coba perhatikan teka-teki di bawah ini.  

Gigiku panjang, tapi juga pendek. Gigiku berakhir dengan cepat. Siapakah aku?

Dari teka-teki di atas, mintalah siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Biarkan mereka berpikir kreatif dan berimajinasi akan kemungkinan jawabannya.

Kalau menurut Bapak dan Ibu Guru sendiri, kira-kira apa jawabannya? 

Iya, betul banget. Jawabannya adalah petir!

Setelah siswa berhasil menjawab, Bapak dan Ibu Guru bisa mengaitkan jawabannya dengan materi. Misalnya, materi tentang proses terjadinya petir atau fenomena listrik statis.

Wah, teka-teki menyenangkan juga, ya. Tapi, tahu nggak Bapak dan Ibu Guru? Teka-teki bisa bantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah atau problem solving , lho.

Teka-teki membantu kita untuk berpikir logis, menguji prediksi, memecahkan masalah, dan menggunakan penalaran Matematika. Bahkan, dengan bermain teka-teki, kemampuan kerjasama atau kolaborasi juga meningkat.

Sebab itu, teka-teki bisa jadi salah satu media dalam model pembelajaran pemecahan masalah. Meskipun awalnya membingungkan, teka-teki memaksa siswa untuk berpikir tentang cara menyederhanakan informasi. Inilah keterampilan yang bermanfaat untuk pemecahan masalah.

Selain teka-teki, apa saja kegiatan yang bisa dilakukan dalam pembelajaran pendekatan pemecahan masalah? Yuk, kita bahas bersama, Bapak dan Ibu Guru.

Apa yang Dimaksud Pemecahan Masalah?

Pastinya, kita sudah nggak asing lagi dengan yang namanya masalah. Karena, setiap individu dihadapkan dengan suatu permasalahan yang menuntut penyelesaian.

Contohnya, setelah lulus S1, saya ingin melanjutkan pendidikan S2. Tapi, biaya yang dibutuhkan nggak sedikit. Nah, penyelesaiannya adalah dengan saya tetap harus bekerja sambil berkuliah atau mencari beasiswa.

Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Praktik (2015) dijelaskan bahwa pemecahan masalah adalah proses pemikiran dan pencarian jalan keluar. Macam-macam metode pemecahan masalah di antaranya lewat pengalaman masa lalu, berdasarkan firasat, trial and error , pemikiran ilmiah, dan secara rasional.

Dalam prosesnya, ada empat tahap yang dilalui seseorang untuk menyelesaikan masalah. Prosedur pemecahan masalah selengkapnya bisa dilihat di gambar berikut ini.

empat fase pemecahan masalah

Lefudin dalam bukunya Belajar & Pembelajaran (2017) juga menyebutkan bahwa pemecahan masalah mempunyai strategi tersendiri. Beberapa di antaranya adalah melalui gambar atau diagram, menemukan pola, membuat tabel, memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik, atau menebak dan memeriksa.

Lalu, bagaimana kaitannya pemecahan masalah ini dalam pembelajaran?

Baca Juga: Problem Based Learning, Belajar dari Masalah

Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran

Nggak cuma ditemui dalam kehidupan sehari-hari, suatu persoalan dalam pembelajaran juga termasuk masalah yang harus diselesaikan. Jika sering dihadapkan pada suatu masalah di kelas, siswa akan terbiasa untuk mencari jalan keluarnya.

Menurut buku Metodologi Pengajaran (2016), pembelajaran pendekatan pemecahan masalah menggunakan kegiatan yang melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah agar dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Di pendekatan ini, orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang didasarkan pemecahan masalah.

tujuan pembelajaran problem solving

Jadi, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar dari proses penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah.

Baca Juga : Ragam Strategi Pembelajaran

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

Untuk menerapkan pembelajaran pendekatan problem solving , ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Di antaranya:

  • Merumuskan masalah , untuk mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas. 
  • Menelaah masalah , dengan menggunakan pengetahuan untuk merinci dan menganalisis masalah dari berbagai sudut.
  • Merumuskan hipotesis , sehingga siswa bisa berimajinasi dan memahami ruang lingkup, sebab akibat, serta alternatif penyelesaian.
  • Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
  • Pembuktian hipotesis, dengan mengkaji dan membahas data.
  • Menentukan penyelesaian masalah , melalui kegiatan penarikan kesimpulan dan memperhitungkan akibat yang terjadi.

Setelah memperhatikan langkah-langkahnya, kita juga harus memilih bahan pelajaran yang mempunyai permasalahan. Nggak terbatas dari buku sekolah saja, materi juga bisa didapatkan dari lingkungan sekolah atau peristiwa di masyarakat. 

Contohnya, masalah banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Selain menemukan solusi alternatif dari masalah ini, kita juga bisa mengajarkan siklus air, proses terjadinya hujan, pentingnya mendaur ulang sampah, dan menjaga lingkungan.

Menurut Gulo dalam Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Praktik (2015), ada beberapa kriteria dalam memilih materi pelajaran, yaitu:

  • Materi bersifat isu konflik atau kontroversial.
  • Materi bersifat umum sehingga tidak asing dan mudah dipahami siswa.
  • Materi pelajaran mendukung pengajaran dan sesuai dengan kurikulum sekolah.
  • Materi mencakup kepentingan banyak orang dalam masyarakat.
  • Materi pelajaran bisa mengembangkan kelas dan membantu mencapai tujuan pembelajaran.
  • Materi menjamin kesinambungan pengalaman siswa.

Nah, selain materi pelajarannya, satu hal lagi yang nggak kalah penting. Bapak dan Ibu Guru perlu menggabungkan pendekatan pemecahan masalah dengan berbagai media pembelajaran.

Kalau ingin menggunakan media pembelajaran yang kreatif, Bapak dan Ibu Guru bisa baca informasinya di artikel 6 Tips Membuat Pembelajaran Kreatif .

Sekarang, mari kita lanjut membahas bagaimana menerapkan pemecahan masalah di kelas.

Baca Juga: Model Pembelajaran Discovery Learning

Contoh Pembelajaran Problem Solving

Dalam memecahkan masalah, siswa perlu menganalisis materi, memahaminya, dan menarik kesimpulan. Karena itu, pendekatan pemecahan masalah mengharuskan siswa berperan aktif dan bisa berpikir kritis.

Nah, seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Salah satu contoh pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA adalah menggunakan media teka-teki.

morfologi jenis-jenis daun dalam bentuk teka-teki untuk pembelajaran

Menurut Jurnal Riset Pendidikan Dasar, Efektivitas Model Creative Problem Solving dengan Media Teka-Teki Silang Daun Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Sekolah Dasar (2018), diketahui kalau teka-teki silang bisa meningkatkan aktivitas pembelajaran sebesar 82,3%. Penelitian ini juga menemukan kalau hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan model pemecahan masalah yang nggak menggunakan media teka-teki.

Tapi, nggak hanya pelajaran IPA saja, teka-teki juga bisa diterapkan untuk ilmu lain. Contohnya, model pembelajaran IPS SD dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Wah, ternyata teka-teki bermanfaat banget dalam pembelajaran. Selain teka-teki dan kegiatan di kelas, Bapak dan Ibu Guru juga bisa mendorong kemampuan pemecahan masalah siswa melalui buku atau film.

Kaitannya sama buku dan film, saya punya rekomendasi nih, Bapak dan Ibu Guru. Salah satu buku yang bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kita adalah Detective Conan (1994–sekarang). 

Disajikan dalam bentuk komik, Detective Conan mengajak kita untuk berpikir dan memecahkan kasus yang diceritakan. Penyampaiannya juga cukup ringan, tapi bisa meningkatkan rasa penasaran. 

Jadi, kita bisa sama-sama berlatih memecahkan masalah lewat komik Detective Conan . Kalau Bapak dan Ibu Guru atau siswa nggak begitu tertarik dengan komik, ada juga video animasi dan filmnya.

Selain tentang pemecahan masalah, ada juga rekomendasi buku terkait pendidikan lainnya yang bisa Bapak dan Ibu Guru baca. Klik tautan di bawah ini, ya!

Baca Juga : Rekomendasi Buku Bertema Pendidikan untuk Guru

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Pendekatan Masalah

Setiap hal ada kelebihan dan kekurangannya, termasuk pendekatan pembelajaran yang satu ini. 

Dalam menerapkan pembelajaran pendekatan pemecahan masalah, kelebihannya antara lain:

  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  • Mengembangkan pemikiran dan tindakan kreatif.
  • Siswa terbiasa untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
  • Memudahkan siswa dalam mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  • Siswa bisa menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  • Membuat pengetahuan yang didapatkan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan nyata.

Sementara itu, kekurangan dari model pembelajaran problem solving di antaranya:

  • Sulitnya menerapkan metode ini untuk beberapa pokok bahasan.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode pembelajaran yang lainnya.

Nah, dari kelebihan dan kekurangannya di atas, apakah Bapak dan Ibu Guru sudah menentukan? Kira-kira, ingin menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau nggak di kelas?

Demikian penjelasan tentang pembelajaran pendekatan pemecahan masalah. Semoga artikel ini bisa membantu Bapak dan Ibu Guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kelas.

Selain memilih pendekatan pembelajarannya, Bapak dan Ibu Guru juga bisa memanfaatkan LMS (Learning Management System) Zenius untuk Guru. Ada ratusan video materi dan latihan soal yang bisa dibagikan ke siswa lewat kelas virtual. Penasaran? Langsung saja klik gambar di bawah ini!

lms zenru

Model Pembelajaran Problem Solving (Penjelasan Lengkap) – Serupa (2022)

Belajar & Pembelajaran, Dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran – Lefudin (2017)

Efektivitas Model Creative Problem Solving dengan Media Teka-Teki Silang Daun Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Sekolah Dasar – Erwin Putera Permana (2018)

Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Praktik – M. Thobroni (2015)

Metodologi Pengajaran – Jumanta Hamdayama (2016)

Leave a Comment

Tinggalkan balasan batalkan balasan.

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

creative problem solving dalam bahasa

Creative Thinking: Pengertian, Contoh, dan Tips Melatihnya

  • Fatimatuzuhroh
  • August 3, 2023
  • Karier , Tips

Creative Thinking

Kursus Business English – Berpikir kreatif atau creative thinking artinya berpikir di luar batas, dengan cara yang luar biasa. Memang benar bahwa sebagian orang memiliki bakat alami untuk bisa berpikir kreatif.

Artinya, indikator berpikir kreatif memang sudah tertanam di dalam diri sejak lahir. Namun, kamu tidak perlu khawatir dengan realitas ini karena creative thinking adalah keterampilan yang dapat dipelajari melalui beberapa pelatihan yang dilakukan.

Pengertian Creative Thinking 

Melansir dari laman The Balance Career , pengertian berfikir kreatif dalam bahasa Inggris adalah creative thinking is the ability to consider something in a new way.

Creative thinking includes analysis, open-mindedness, problem-solving, organization, and communication. Many employers value creative thinkers, so consider highlighting your creative thinking skills on your resume and in interviews. 

Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mempertimbangkan sesuatu dengan cara baru. Contoh berpikir kreatif meliputi analisis, keterbukaan pikiran, pemecahan masalah, organisasi, dan komunikasi.

Banyak perusahaan yang menghargai pemikir kreatif, jadi usahakan untuk menonjolkan keterampilan berpikir kreatif di resume dan dalam wawancara. 

Contoh Creative Thinking 

Beberapa contoh berfikir kreatif ini bisa jadi hal yang patut kamu jadikan referensi. 

  • Creative problem solving (kreativitas menciptakan cara baru untuk menyelesaikan masalah)
  • Artistic creativity (kreativitas menghasilkan karya seni seperti prosa, pantun, puisi, dialog)
  • Creativity in STEM (kreativitas dalam bidang sains, teknologi, matematika, dan teknik)

Baca juga: 101 Ungkapan Lain Yes Bahasa Inggris, Kreatif dan Beda!

Tips Melatih Berfikir Kreatif

Berikut beberapa contoh keterampilan berfikir kreatif yang bisa menjadi referensi. 

Keterampilan Analitik ( Analytical ) 

Artinya memahami suatu hal sebelum mengambil keputusan apapun. Kamu perlu mengetahui suatu hal secara cermat, detail, dan memahami arti dari suatu permasalahan atau perihal yang sedang dihadapi. 

Contoh: teks (narasi), data kuantitatif ( quantitative data ), rencana bisnis, rencana pembelajaran. 

Keterampilan dalam Berpikir Terbuka ( Open-Minded )

Contohnya kamu bisa berusaha berpikir terbuka dengan berani menyingkirkan segala opini (asumsi) buruk atau pikiran bias yang mungkin dimiliki selama ini.

Keterampilan Penyelesaian Masalah yang Baik ( Problem Solving )

Contoh selanjutnya adalah keterampilan menyelesaikan permasalahan dengan baik atau yang disebut sebagai problem solving skills . Dalam hal ini, pemimpin dan perekrut bukan hanya ingin memiliki karyawan yang selalu memberikan ide-ide kreatif dan cemerlang.

Namun, mereka juga ingin para karyawan dapat menyelesaikan permasalahan mereka dengan cara yang kreatif, sehingga penyelesaian masalah dapat dilakukan secara baik. 

Keterampilan dalam Berorganisasi ( Organization )

Meskipun banyak orang yang memiliki kreativitas tinggi tidak suka untuk berorganisasi, tetapi jika dilihat lebih dalam organisasi adalah salah satu aspek paling penting dari kreativitas. 

Dengan berorganisasi, kamu akan terdorong untuk terus berpikir maju dan tertantang menciptakan ide baru yang berkaitan dengan kehidupan banyak orang.

Selain itu, adanya pola pikir atau mindset yang luas juga membuat kamu sadar bahwa kehidupan bukan hanya tentang diri kita seorang.

Keterampilan dalam Berkomunikasi ( Communication )

Bukankah sama saja jika keterampilan berpikir kreatif tidak dibarengi dengan komunikasi yang baik? Kamu akan kesulitan menjelaskan ide-ide kreatif kepada orang lain.

Misalnya, saat ingin mempresentasikan di depan calon klien atau calon vendor tentang sebuah ide, tetapi tiba-tiba sangat kaku dan terbata-bata dalam menyampaikan presentasi tersebut, akhirnya calon vendor sulit percaya dan membatalkan kerja sama.

Jadi untuk memiliki berfikir kreatif yang baik, kamu perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik juga.

Baca juga: Cara Kreatif Menjawab How Are You, Cari Tahu Yuk!

Mengapa berfikir kreatif itu penting?

Melihat dari pengertian hingga cara melatih creative thinking, ada baiknya untuk mengerti sisi lain mengapa soft skill ini terasa penting. 

Di antaranya, creative thinking itu bisa meningkatkan kemampuan berpikir dari memecahkan masalah hingga mengurai masalah yang begitu kompleks. 

Ada pun, batasan dari tingkat kekreatifan seseorang itu subyektif. Oleh karena itu, penting untuk pemuda mengasah soft skill ini dari berbagai sisi dan bidang. 

Creative thinking juga bisa memungkingkan seseorang dalam melihat peluang di tengah tantangan. Dengan begitu, orang-orang yang punya creative thinking tinggi biasanya lebih mudah mencapai sesuai. 

Sifat dari seseorang yang punya pemikiran kreatif adalah perubahan dengan kepala terbuka, selain itu bisa menciptakan solusi yang unik dan efektif.

Seseorang dengan creative thinking lebih juga memiliki kemampuan dalam berbagai bidang seperti sastra dan desain. 

Baca juga: Pelatihan Bahasa Asing untuk Industri Kreatif, ini Pentingnya

Kursus Business English , Bantu Kamu Raih Karier Cemerlang!

Kosakata yang digunakan dalam dunia bisnis dan pekerjaan tentu berbeda dengan percakapan sehari-hari. Agar kamu semakin percaya diri, ikuti Kursus Business English di Lister.

Cari tahu pengalaman seru sesama student di Lister Group Community .

Kamu dapat memilih jumlah kelas sendiri, bahkan tutor dan kelas pengganti. Selain itu, dapatkan Garansi Skor untuk kelas tertentu.

Gunakan kode promo BLOGLISTER10 untuk mendapatkan diskon 10 persen, minimal pembelian kelas seharga satu jutaan (maksimal diskon Rp500 ribu). Daftar sekarang!

Fatimatuzuhroh

Artikel Terbaru

tempat kursus les bahasa jerman di jakarta

Tempat Kursus Les Bahasa Jerman di Jakarta, Online dan Waktu Fleksibel

bahasa mandarin 1 sampai 20

Materi Dasar! Bahasa Mandarin 1 sampai 20 Mudah Dipelajari

biaya kursus TOEFL di Jogja

Berapa Biaya Kursus TOEFL di Jogja? Segini Harganya

kursus bahasa jepang di bekasi timur

Kursus Bahasa Jepang di Bekasi Timur, Ada Strategi Cepat Mahir!

Social Media

Subscribe to our weekly newsletter.

Related Posts

tempat kursus les bahasa jerman di jakarta

Kesibukan sudah tidak jadi alasan untuk belajar bahasa asing. Ada tempat kursus les bahasa Jerman di Jakarta dengan cara online dan waktu fleksibel.

bahasa mandarin 1 sampai 20

Belajar bahasa Mandarin 1 sampai 20 membantu kamu paham lebih dalam tentang angka. Dalam bahasa China angka ini repetitif atau diualng terus penggunaaanya sampai angka terbesar.

biaya kursus TOEFL di Jogja

Biaya kursus TOEFL di Jogja bervariasi, mulai dari ratusan hingga jutaan rupiah. Yang membedakan adalah segi kualitasnya.

kursus bahasa jepang di bekasi timur

Belajar bahasa Jepang agar cepat mahir ternyata ada strateginya. Kursus bahasa Jepang di Bekasi Timur ini memberikan metode pengajaran khusus.

Global Head Office

Indonesia Office

PT. Lister Teknologi Edukasi

Apply to be Tutors

Hubungi Kami

Tentang Lister

Gabung Lister

Other Links

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Dapatkan info promo, acara dan konten menarik lain dari lister!

Metode Pembayaran

payment_bca

"Langkah Terakhir untuk Klaim Kode Promo 35% dari Lister"

Isikan data diri kamu di sini.

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

CREATIVE PROBLEM SOLVING (PENYELESAIAN MASALAH SECARA KREATIF

Profile image of Asrul  Majid

Related Papers

adri nofrianto

creative problem solving dalam bahasa

Widi Priatmadi

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2013 Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta 9 November 2013

Evi Roviati

Pendidikan diharapkan memberikan pengetahuan yang memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan dalam tugas-tugas profesional dan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu masalah tidak dapat diatasi tanpa dasar pengetahuan yang relevan, namun siswa dituntut juga untuk mengembangkan daya kreativitas mereka dalam menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah. Keterampilan berpikir kreatif siswa jarang menjadi pusat perhatian para guru terutama dalam pembelajaran biologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan metode problem solving terhadap peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa, untuk mengkaji respon siswa melalui penerapan metode problem solving terhadap peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa dan untuk mengkaji seberapa besar perbedaaan pembelajaran dengan penerapan metode problem solving terhadap peningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa pada materi ekosistem pada kelas X di MAN 2 Cirebon. Pendekatan dalam penelitian ini kuantitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan mengunakan test, angket, observasi, dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Cirebon yang berjumlah 272 siswa, dan sampel yang diambil sebanyak 72 siswa atau sekitar 26% dari total populasi. Hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata berfikir kreatif siswa pada tiap indikatornya. pertanyaan untuk peninggian harapan dan antisipasi rata-rata hasil observasi sebesar 48,61% kategori rendah, gali informasi yang ada sebesar 50,69% kategori rendah, menguraikan secara hati-hati dan sistematik terhadap informasi yang tersaji sebesar 51,15% kategori rendah, siapkan secara fisik terhadap informasi yang dipresentasikan sebesar 51,15% kategori rendah, perdalam kesadaran tentang masalah, kesulitan dan kesenjangan informasi sebesar 49,30% kategori rendah, mendorong sifat-sifat atau kecenderungan pribadi kreatif sebesar 66,89% kategori tinggi dan pertinggi kepedulian dan hasrat ingin tahu sebesar 64,58% kategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan keterampilan berfikir kreatif siswa di kelas yang menggunakan metode problem solving dibandingkan dengan kelas kelas kontrol.

Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika

Hendri Nurbeni

hendri nurbeni

Hendri Nurbeni, 2021. Model Pembelajaran Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar Kelas X TKJ SMK Cendikia Rancakalong. PTK, Guru Produktif Teknik Komputer dan Jaringan, SMK Cendikia Rancakalong. Penggunaan model pembelajaran ceramah pada mata pelajaran perakitan komputer mengakibatkan siswa kurang aktif dan hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut diadakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving untuk meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata skor tingkat keaktifan siswa mencapai ≥75% dan persentase ketuntasan klasikal siswa di kelas mencapai ≥75%. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa, hal ini terbukti dari persentase ketuntasan siswa secara klasikal dari pra siklus yang hanya sebesar 22% meningkat menjadi 63% pada siklus I dan kembali meningkat pada siklus II mencapai 88%, sedangkan persentase hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 67% kemudian naik pada siklus II menjadi 83%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) mata pelajaran perakitan komputer kompetensi dasar memahami prosedur bongkar pasang komputer dan menyajikan hasil bongkar pasang komputer. Kata kunci : Keaktifan, Hasil Belajar, Creative Problem Solving, Perakitan Komputer

Mochammad Fatchurrochman

Moch. Fatchurrochman

MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER KELAS X MULTIMEDIA 2, SMK NEGERI KLAKAH

eva mairiza

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh strategi pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika, (2) pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap pemahaman konsep matematika, (3) interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematis terhadap pemahaman konsep matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eskperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta tahun 2015/2016. Sampel dari penelitian ini dua kelas yaitu kelas VIIIC dan VIIID. Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) adanya pengaruh pembelajaran dengan strategi pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika dengan F obs = 5.043162554 >F α = 4.04, (2) adanya pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap pemahaman konsep matematika dengan F obs = 4.961960009 > F α = 3.19, (3) tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematis terhadap pemahaman konsep matematika dengan F obs = 0.062722434 < F α = 3.19. Kata Kunci: creative problem solving; kemampuan komunikasi matematis; pemahaman konsep 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan dalam setiap jenjang satuan pendidikan karena menjadi dasar bagi perkembangan ilmu yang lain. Selain itu menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 [13] pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, pembelajaran matematika tidak mungkin hanya dilaksanakan dengan latihan soal terus-menerus, hafalan atau pembelajaran biasa. Bagian pendahuluan berisi pengantar topik penelitian yang dibahas, latar belakang permasalahan, deskripsi permasalahan, rumusan tujuan penelitian serta rangkuman kajian teoritik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian ini kadang-kadang juga dimuat harapan akan hasil dan manfaat penelitian. Kemampuan memahami konsep merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika dan menjadi prasyarat untuk menguasai materi atau konsep selanjutnya. Sehingga untuk dapat mempelajari matematika yang bersifat abstrak diperlukan pemahaman konsep yang mendalam. Kemampuan memahami konsep tidak hanya sebatas mengingat dan menerapkan rumus tetapi juga mengaitkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kilpatrick [7] pemahaman konseptual mengacu pada pemahaman yang terintegrasi dengan ide-ide matematika sehingga memungkinkan mereka untuk belajar ide-ide baru dengan menghubungkan ide-ide lama yang sudah mereka ketahui. Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) [5] diketahui bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke

Ariska Novita Pramesti

PROMOSI (Jurnal Pendidikan Ekonomi)

Yesi Budiarti

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif mahasiswa diduga karena proses pembelajaran cenderung lebih disibukkan dengan pemikiran bagaimana caranya agar seluruh materi dapat segera diberikan kepada mahasiswa. Cara ini cenderung tidak melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tidak dapat membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri. Fokus utama dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh Pembelajaran metode Creative Problem Solving terhadap kemampuan berfikir kreatif mahasiswa? Populasi 60 penelitian ini orang mahasiswa yang berasal dari kelas A dan B semester 6. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Data utama diperoleh melalui pengisian kuisioner. Sedangkan data tambahan diperoleh melalui penilaian produk, dokumentasi, observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan Uji regresi untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran metode Creative Problem Solving terhadap kemampuan berfikir kreat...

Any Fatmawati

This study was conducted with the aim to know the influence of the use of Creative Problem solving learning model on problem solving skills and cognitive learning outcomes of grade X SMA Islam Al-Ma'arif Pandan Indah Lesson 2016/2017. Population in this research is all student of class X SMA Islam Al-Ma'arif Pandan Indah Lesson Year 2016/2017 with amount of population counted 36 person which existed in class XA and XB. Furthermore, sampling technique used is a saturated sampling technique that is sampling technique when all members of the population used as a sample. Where class XA as experiment class and XB as control class. The type of research used in this study is quasi experiment with observation and test data collection techniques. The results showed that problem solving skills in the first experimental classroom obtained an average percentage of 66% included in the good category, while in the second meeting obtained an average percentage of 79% included in the category very well. The cognitive learning outcomes of the students in the experimental class were 70.4 and the control class was 66.2. The result of hypothesis test with t test at 5% significant level shows that tcount> ttable (2,675> 2,042), meaning H0 is rejected. So it can be concluded that there is influence Creative Problem Solving learning model to problem solving skills and student cognitive learning outcomes. Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Creative Problem solving terhadap keterampilan pemecahan masalah dan hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Islam Al-Ma'arif Pandan Indah Tahun Pelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam Al-Ma'arif Pandan Indah Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah populasi sebanyak 36 orang yang terdapat pada kelas X A dan X B. Selanjutnya teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dimana kelas X A sebagai kelas eksperimen dan X B sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan teknik pengumpulan data observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan pemecahan masalah pada kelas eksperimen pertemuan pertama memperoleh persentase rata-rata sebesar 66% termasuk dalam kategori baik, sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh persentase rata-rata sebesar 79% termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen sebesar 70,4 dan kelas kontrol sebesar 66,2. Hasil uji hipotesis dengan uji t pada taraf signifikan 5% menunjukan bahwa nilai thitung> ttabel (2,675 > 2,042), artinya H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap keterampilan pemecahan masalah dan hasil belajar kognitif siswa.

RELATED PAPERS

Revista Brasileira de Fisiologia do Exercício

Acta Horticulturae

Davide Neri

Alessandro Papa

Jucileia Souza

Elizebeth Gustin

Tirapot Chandarasupsang

Mechanics Research Communications

Bruno Faria

Putri Amaliyah

Putriamaliyah 521

Nikmatul Khoiriyah

Cytotherapy

Stephanie Kinney

The clinical respiratory journal

Raquel Tizziani

Luc CHARLES-DOMINIQUE

Irval Noviardi

Giancarlo Ferrigno

International Journal of Health Sciences (IJHS)

Transportation Research Record

Grant Schultz

Journal of Veterinary Science and Technology

Ajeet Kumar

Bonnie Duran

IPN Journal of Research and Practice in …

Zakiah Saleh

benallal abderrahmen

Nature Materials

Nagesh Kolhe

田纳西大学毕业证UT成绩单 田纳西大学文凭学历证书哪里能买

Renewable Energy

Keith Sunderland

RELATED TOPICS

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

Abstract: The purpose of this paper is to describe the development of 21st century skills in learning physics in high schools using creative problem solving models. This writing is motivated by the demands of the 21st century that education should be able to produce human resources capable of mastering 21st century skills including, critical thinking, communicative, creative and collaborative. The development of 21st century skills can be done by all disciplines, one of them is in learning physics. To develop 21st century skills in learning physics, educators can use creative problem solving models. The method used in this paper is to study literature by studying some literature to be analyzed and made conclusions. The results of this paper conclude that the creative problem solving learning model can be a solution in improving 21st century skills and motivating students to be more active and motivated in their learning success. The creative problem solving model is applied to students in high schools with several steps including clarifying the problem, expressing opinions, evaluating and selecting and implementing.

  • Related Documents

Workshop Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat SMK se Kabupaten Wonosobo

Di era abad 21 ini, pembelajaran bahasa Inggris semakin berkembang. Sekarang peran guru bukan satu- satunya namun ada guru sangat diperlukan untuk memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran lain yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dengan memaksimalkan peran guru dalam mengkombinasikan sumber-sumber belajar khususnya materi internet diharapkan siswa dapat menguasai 21st century skills yang meliputi critical thinking, collaboration, communication dan creative problem solving. Berangkat dari tujuan untuk meningkatkan skil siswa MGMP Bahasa Inggris SMK Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan tim pengabdian Purworejo mengadakan Workshop Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk SMK di Wonosobo. Kegiatan yang melibatkan 45 peserta yang meliputi guru bahasa Inggris dari SMK Negeri dan Swasta. Hasil dari kegiatan ini peserta workshop mendapatkan teknik-teknik dan metode dalam pengelolaan kelas yang meliputi penggunaan metode problem-based learning (PBL), Task-based learning, Inquiry-base learning dan Blended learning, dan sharing based practice pembeljaran speaking dengan game.

The Effects of CreativityConvergence Program utilizing Virtual Reality Creation Platform on Elementary School Students’ Creative Problem Solving Ability, 21st Century Skills and Learning Interest about Social Subject

Kemampuan berpikir kritis matematis serta habits of mind menggunakan model inquiry learning dan model creative problem solving.

AbstrakKemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Fakta menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind siswa masih rendah. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind siswa salah satunya menggunakan model Inquiry Learning dan model pembelajaran Creative Problem Solving. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind antara siswa yang mendapatkan model Inquiry Learning dengan Creative Problem Solving. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 11 Garut. Sampel pada penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas X-MIPA 5 sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen I yang mendapat model Inquiry Learning dan kelas  X-MIPA 6 sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen II yang mendapat model pembelajaran Creative Problem Solving. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes uraian dan angket skala Likert. Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind antara siswa yang mendapatkan model Inquiry Learning dengan Creative Problem Solving. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of Mind, model Inquiry Learning cocok digunakan. Mathematics Critical Thinking Ability And Habits Of Mind Using Inquiry Learning Model And Creative Problem Solving ModelAbstractMathematical Critical Thinking Skills and Habits of Mind are some of the basic abilities that students must have. The fact shows that the Mathematical Critical Thinking Skills and Habits of Mind are still low. Efforts are needed to improve the Mathematical Critical Thinking Skills and Habits of Mind, one of them using Inquiry Learning and Creative Problem Solving learning. The purpose of this research was to analyze the differences in Mathematical Critical Thinking Skills and Habits of Mind between students who get the Inquiry Learning model with Creative Problem Solving. The research method used a quasi-experimental with a population of all class X of SMAN 11 Garut. The sample consisted of two classes, class X Science 5 by 35 students as the first experimental class, which got Inquiry Learning model, and class X Science 6 by 35 students as the second experimental class which got Creative Problem-Solving learning model. The research instrument used a description test and a Likert scale questionnaire. Based on the results of statistical analysis, it is found that there are differences in Mathematical Critical Thinking Skills and Habits of Mind between students who get the Inquiry Learning model with Creative Problem Solving. To improve mathematical critical thinking skills and Habits of Mind, the Inquiry Learning model is suitable.

Creative Problem Solving-Based Electronic Module Integrated with 21st Century Skills

Teachers as facilitators in learning are expected to develop learning that integrates 21st-century skills so that students are ready to compete in this era. One of the things teachers can do is develop e-modules based on the Creative Problem Solving (CPS) model. This research is research and development with 4D models. The purpose of this study is to produce an integrated 21st-century physics e-module based on the CPS model. Data analysis using descriptive analysis. Research results: E-module physics based on CPS model integrated 21st-century skills have met the valid criteria: for the content, feasibility component is in the very valid category with a value of 93.18, the presentation component is in the very valid category with a value of 85, the graphic component is in the category very valid with a value of 95.45, and the language component is in the very valid category with a value of 83. Therefore, this CPS-based e-module has met the criteria to be piloted in schools.

Need Analysis for Physics E-Module Based on Creative Problem Solving Integrated 21st Century Skills

Creativity & creative problem solving as 21st century skills, penerapan pendekatan creative problem solving dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada mahasiswa program studi pendidikan matematika fkip unsika.

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya minat mahasiswa dalam melaksanakan tugas dari dosen, daya tangkap mahasiswa dalam menerima pelajaran, kemampuan mahasiswa dalam menghubungkan materi perkuliahan dengan dunia nyata, kemampuan mahasiswa dalam belajar mandiri, kemampuan mahasiswa dalam menuliskan ide, kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas mandiri, keberanian mahasiswa dalam menyajikan temuan, keterampilan mahasiswa menulis dipapan tulis, dirasa masih rendah belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh matematika. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan Creative Problem Solving serta untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam matakuliah geometri analitik antara kelompok atas, tengah dan bawah setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving.Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran Creative Problem Solving dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa (konvensional). Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semester I prodi pendidikan matematika Universitas Singaperbangsa Karawang. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling. diperoleh mahasiswa kelas I A semester 1 sebagai kelas eksperimen sebanyak 35 mahasiswa dan kelas I B sebagai kelas kontrol sebanyak 35 mahasiswa. variabel penelitian melibatkan tiga jenis variabel yakni variabel bebas yaitu model pembelajaran Creative Problem Solving dan pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa serta variabel kontrol yaitu kategori pengetahuan awal matematika mahasiswa (atas, tengah, bawah). Instrumen digunakan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non tes digunakan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non tes. Hasil penelitian menunjukan Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa.selain itu terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran Creative Problem Solving dan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, bila ditinjau dari kategori pengetahuan awal matematika siswa.   This research is motivated by the low interest of students in carrying out the duties of the lecturers, the students' ability to accept lessons, the ability of students to connect lecture material with the real world, the ability of students in independent learning, the ability of students to write ideas, the ability of students to work independently, student courage in presenting the findings, the skills of students writing on the writing board, it is still considered low, not in accordance with the expected competencies and not in accordance with what is desired by mathematics. The purpose of this study was to determine whether there was an increase in critical thinking skills of students who obtained mathematics learning using the Creative Problem Solving approach and to determine whether there was a difference in the improvement of students' critical thinking skills in analytical geometry between the upper, middle and lower groups after learning with approaches Creative Problem Solving. This study is a quasi-experimental study consisting of two research groups, namely the experimental class (treatment class) is a group of students whose learning uses Creative Problem Solving learning and the control group (comparison class) is a group of students whose learning uses learning ordinary (conventional). The population of this study were first semester students of the mathematics education study program at the University of Singaperbangsa Karawang. The research sample was determined based on purposive sampling. obtained by class I A students in semester 1 as an experimental class as many as 35 students and class I B as a control class as many as 35 students. The research variable involved three types of variables, namely the independent variable namely the Creative Problem Solving learning model and conventional learning, while the dependent variable was the mathematical critical thinking ability of students and the control variable, namely the category of students' initial mathematical knowledge (top, middle, bottom). Instruments used two types of instruments, namely tests and non-tests used two types of instruments, namely tests and non-tests. The results showed that the overall application of the Creative Problem Solving learning model could improve students' mathematical critical thinking skills. In addition there were differences in the increase in mathematical critical thinking skills between students who received Creative Problem Solving learning and students who received conventional learning, when viewed from the category of early mathematics knowledge students.

Pengaruh Model Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Materi Relasi dan Fungsi

The purpose of this study was to determine the effect of the Creative Problem Solving (CPS) learning model on students' critical thinking skills in the material relations and functions and student responses to the CPS learning model. This research is a quasi-experiment. The results of the study obtained a regression equation Y = 62.1621 + 15.7094X with a coefficient of determination of 23% which indicates that there is a positive influence. The average value of mathematical critical thinking abilities of students who take part in the learning with the CPS model is 77.87, while expository learning is 62.16. Analysis of student responses to the CPS learning model was obtained: (1) 97.3% expressed interest in the CPS learning model and 2.7% expressed no interest; (2) A total of 98.2% stated that there were benefits obtained by students using the CPS learning model and 1.8% stated that there were no benefits obtained; (3) A total of 90.74% stated that there were no obstacles experienced during the learning process using the CPS learning model and 9.26% stated that they experienced problems; (4) 96.22% expect that the CPS learning model is used in the learning process and 3.78% do not expect to be used. So, it was concluded that the student response was very positive towards the CPS learning model because the percentage that stated the agreement was 95.62% greater than the one who expressed disagreement namely 4.38%.

İNSAN KAYNAKLARI YÖNETİCİLERİNİN LİDERLİK TARZI, YARATICI PROBLEM ÇÖZME KAPASİTESİ VE KARİYER TATMİNİ ARASINDAKİ İLİŞKİLERİN ARAŞTIRILMASI: AMPİRİK BİR ÇALIŞMA

The aim of this study is the creative problem-solving capacity of the organization with leadership behaviors of human resources managers and employees to examine the relationship between career satisfaction and is tested empirically. Research within the scope of the required data structured questionnaire method, operating in the province of Aydin was obtained from 130 employees working in five star hotels. Democratic leadership style according to the factor analysis, easygoing, participants converter, and releasing autocratic leadership dimensions were determined. According to the analysis, the dependent variable with a significant level of research and positive leadership style has been determined that no relationships. Regression analysis revealed that the leadership of the relationship with the creative problem-solving capacity of democratic leadership in style when found to be stronger than other leadership styles, while the variable describing the career of the employee satisfaction level of the maximum it was concluded that the creative problem-solving capacity of the organization. Research in the context of human resources on the very important for organizations, leadership behavior, creative problem-solving capacity and career satisfaction studies analyzing the relationships between variables it seems to be quite limited. The discovery by analyzing the relationship between the aforementioned variables, can make significant contributions to knowledge in the literature and are expected to form the basis for future research.

Do You Want Your Students to Be Job-Ready with 21st Century Skills? Change Pedagogies: A Pedagogical Paradigm Shift from Vygotskyian Social Constructivism to Critical Thinking, Problem Solving and Siemens’ Digital Connectivism

Export citation format, share document.

PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERORIENTASI MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING MATERI PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK FASE B

Intania Azwa Lestari, - (2023) PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERORIENTASI MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING MATERI PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK FASE B. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Baca Full Text klik disini

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalahan peserta didik. Peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan dan menganalisis soal cerita berbasis permasalahan dalam materi pembagian karena pembelajaran yang berfokus pada hafalan dan hanya bersumber dari guru serta buku sumber. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengambangkan modul ajar berorientasi model Creative Problem Solving (CPS) materi pembagian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik Fase B. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Design and Development (D&D) yang dikemukakan oleh Richey dan Klein dengan prosedur Planning, Production, Evaluation (PPE). Modul ajar divalidasi kelayakannya oleh tiga ahli, yaitu ahli materi, ahli desain, dan ahli bahasa. Hasil validasi dari ahli materi mendapatkan presentase kelayakan 91,4%, dari ahli desain 92,3%, dan dari ahli bahasa 78%. Dengan hasil presentase rata-rata perolehan skor dari semua ahli sebesar 87,23% dengan kategori sangat baik. Selain itu dilakukan uji coba terbatas kepada 10 orang peserta didik kelas 4 Sekolah Dasar. Uji coba terbatas dilakukan untuk uji kemampuan pemecahan masalah melalui pre-test dan post-test. Hasil uji coba modul ajar ini menunjukan peningkatan hasil pre�test dan post-test dari rata-rata 52 menjadi 85,5. Selain itu, peneliti melakukan uji N-gain dari pretest dan posttest yang sudah dikerjakan peserta didik, hasil perhitungan rata-rata menunjukan nilai 76,5% dengan kategori efektif. Dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan modul ajar berorientasi model Creative Problem Solving (CPS) materi pembagian ini layak digunakan dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas IV fase B. This research is motivated by the low problem solving skills of students. The students have difficulty in solving and analyzing problem-based story problems in division material because learning focuses on memorizing and only comes from teachers and source books. Based on this, this research aims to develop teaching modules oriented to the Creative Problem Solving (CPS) model of division material to improve the problem solving skills of Phase B students. The research method used in this research is the Design and Development (D&D) method proposed by Richey and Klein with Planning, Production, Evaluation (PPE) procedures. The teaching module was validated by three experts, namely material experts, design experts, and linguists. The validation results from material experts get a feasibility percentage of 91.4%, from design experts 92.3%, and from linguists 78%. With the results of the average percentage of scores from all experts of 87.23% with a very good category. In addition, a limited trial was conducted on 10 students in grade 4 elementary school. Limited trials were conducted to test problem solving skills through pre-test and post-test. The results of this teaching module trial showed an increase in pre-test and post-test results from an average of 52 to 85.5. In addition, researchers conducted the Ngain test from the pretest and posttest that had been done by students, the average calculation results showed a value of 76.5% with an effective category. With this, it can be said that the development of teaching modules oriented to the Creative Problem Solving (CPS) model of division material is feasible to use and can improve the problem solving ability of phase IV B students.

Actions (login required)

IMAGES

  1. creative problem solving dalam bahasa

    creative problem solving dalam bahasa

  2. creative problem solving dalam bahasa

    creative problem solving dalam bahasa

  3. Tahapan Creative Problem Solving Dalam Perusahaan

    creative problem solving dalam bahasa

  4. creative problem solving dalam bahasa

    creative problem solving dalam bahasa

  5. creative problem solving dalam bahasa

    creative problem solving dalam bahasa

  6. creative problem solving dalam bahasa

    creative problem solving dalam bahasa

VIDEO

  1. Sisi Cermat Episode 17 : Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika

  2. Biovarnish Wood Stain + Clear Coat

  3. Problem Solving Skills Bhabinkamtibmas Part 4

  4. Rak Kayu Natural nan Menawan

  5. Think Differently: Creative Problem Solving Masterclass

  6. Webinar: Problem Solving & Decision Making

COMMENTS

  1. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

    Menurut Imam (2010), model pembelajaran creative problem solving memiliki tiga karakteristik yang menjadi prosedur dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan, dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan. Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan ...

  2. (PDF) MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS ...

    Keywords: creative thinking ability, academic achievement, creative problem solving Abstrak. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu dari keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa.

  3. (PDF) Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Kemampuan

    Menurut Triyono, pengaruh kuat pembelajaran Creative Problem Solving dalam peningkatan kompetensi berpikir kreatif siswa akan terlihat jika terdapat ciri-ciri diantaranya: (1) Siswa terlibat lebih ...

  4. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving: Menemukan Solusi dengan

    Creative Problem Solving (CPS) merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah secara inovatif dan kreatif. Metode ini melibatkan langkah-langkah sistematik yang membuka pikiran kita untuk berpikir di luar kotak dan menemukan solusi yang tak terduga. Langkah pertama dalam metode CPS adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas.

  5. Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Kemampuan ...

    English (US) Bahasa Indonesia Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. ... Resti A., et al. "Model Pembelajaran Creative Problem Solving pada Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Tematik Siswa Sekolah Dasar." Jurnal Pendidikan: ... Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran di Sekolah Dasar

  6. Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving: Cara Seru untuk

    Dalam kesimpulannya, Model Pembelajaran Kooperatif Creative Problem Solving adalah model pembelajaran yang menarik, interaktif, dan menyenangkan. Model ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, serta membangun rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

  7. PDF Pengembangan Model Creative Problem Solving (Cps) Berbantuan Media

    DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DI SMP TESIS diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia oleh Yuenda Pramata Dewi 2010448 PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA ... Creative Problem Solving (CPS) Models, Twitter Social Media, and Writing Review Texts. 8

  8. Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk

    Model pembelajaran tersebut antaranya Creative Problem Solving (CPS), discuss (diskusi), cooperative script, mind mapping, kooperatif tipe Learting Together (LT), Problem Basic Learning (PBL), dan lain-lain. ... (CPS) untuk Meningkatkan Kemampuan High Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kompetensi Teks ...

  9. Penerapan Model Creative Problem Solving Pada Guru Sebagai Upaya

    Hal itu membuktikan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving yang diterapkan guru mata pelajaran bahasa inggris di SMP Negeri 2 Singaraja dalam proses pembelajaran telah mampu ...

  10. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

    Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Metode Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dialog Interaktif Dalam Pembelajaran Bahasa ... awal penilaian yang dilakukan di kelas XA1 tahun pelajaran 2017/2018 semester 1 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia baru mencapai rata-rata 71,50 dengan ketuntasan belajar ...

  11. Pembelajaran Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)

    Menurut Jurnal Riset Pendidikan Dasar, Efektivitas Model Creative Problem Solving dengan Media Teka-Teki Silang Daun Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Sekolah Dasar (2018), diketahui kalau teka-teki silang bisa meningkatkan aktivitas pembelajaran sebesar 82,3%. Penelitian ini juga menemukan kalau hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan model pemecahan masalah yang nggak ...

  12. Problem Solving: Arti, Manfaat, Proses, dan Contohnya di Dunia Kerja

    Contoh 1: Deadline mepet dan beban kerja banyak. Salah satu contoh problem solving yang akan sering kamu jumpai di dunia profesional adalah tugas yang menumpuk dengan tenggat waktu berdekatan. Jika kamu berada dalam situasi ini, jangan panik dulu. Pertama, tarik napas agar kamu bisa berpikir dengan jernih.

  13. Creative Thinking: Pengertian, Contoh, dan Tips Melatihnya

    Pengertian Creative Thinking. Melansir dari laman The Balance Career, pengertian berfikir kreatif dalam bahasa Inggris adalah creative thinking is the ability to consider something in a new way. Creative thinking includes analysis, open-mindedness, problem-solving, organization, and communication. Many employers value creative thinkers, so ...

  14. PDF Model Pembelajaran Creative Problem Solving Untuk Meningkatkan ...

    dikemukakan oleh Menurut Puccio (dalam Prayogo, 2011), model Creative Problem Solving (CPS) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif maupun berpikir kritis dalam proses pembelajarannya.

  15. Buku ajar berpikir solusi kreatif : creative problem solving / Gita

    Metode Berpikir Solusi Kreatif dapat membantu mahasiswa dalam melatih keterampilan menyelesaikan masalah tersebut melalui tahapan terstruktur yang mencakup pengumpulan informasi, prioritas masalah, pendefinisian masalah, pengumpulan ide, pemilihan solusi terbaik, serta implementasi dan evaluasi solusi.

  16. Creative Problem Solving (Penyelesaian Masalah Secara Kreatif

    CREATIVE PROBLEM SOLVING (PENYELESAIAN MASALAH SECARA KREATIF) CPS Tujuan: Membangunkan kesedaran dan kemahiran yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Idea: Individu yang kreatif menggunakan maklumat untuk membentuk idea-idea baru. ... Kreativiti dalam Bahasa Inggeris berasal dari perkataan 'create'. Apa yang 'dicipta ...

  17. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN ...

    The creative problem solving model is applied to students in high schools with several steps including clarifying the problem, expressing opinions, evaluating and selecting and implementing. ... pembelajaran bahasa Inggris semakin berkembang. Sekarang peran guru bukan satu- satunya namun ada guru sangat diperlukan untuk memanfaatkan sumber ...

  18. (PDF) Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS

    The purpose of this study was to find out whether there was an effect of the Creative Problem Solving (CPS) Learning Model on Students' Creative Thinking Ability in SPLDV Material at SMP Negeri 1 ...

  19. Penerapan Metode Pemecahan Masalah Secara Kreatif (Creative Problem

    Astuti, Seni Sri (2016) PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF (CREATIVE PROBLEM SOLVING) DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 49 Bandung Tahun Ajar 2015/2016. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

  20. Pengembangan Modul Ajar Berorientasi Model Creative Problem Solving

    Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengambangkan modul ajar berorientasi model Creative Problem Solving (CPS) materi pembagian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik Fase B. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Design and Development (D&D) yang dikemukakan oleh Richey ...

  21. Problem Solving: Arti, Metode, Contoh, Proses & Tips Pentingnya

    Berikut adalah beberapa contoh kasus yang sering terjadi di dunia kerja di mana kemampuan problem solving sangat dibutuhkan. 1. Menyelesaikan komplain pelanggan. Di kasus ini, jelas sebagai seorang profesional, kamu harus memikirkan bagaimana langkah-langkah menyelesaikan masalahnya.

  22. (PDF) Pengujian Validitas Konten Media Pembelajaran Interaktif

    model Creative Problem Solving karena judges/validator yang dilibatkan dalam pengujian validasi ini lebih dari satu orang, terkait dengan evaluasi ahli media, ahli isi dan ahli design pembelajaran.

  23. Arti kata "creative problem solving" bahasa Inggris dalam bahasa

    Arti kata dan terjemahan makna kata creative problem solving dalam kamus lengkap online Inggris-Indonesia dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia